Aksara tentang Sisi

Ini imajinasi yang tak liar tapi penuh pesona. Renangi tiap sudut hati kerap mengusik hari berharap terlahir menjadi satu kreasi. Ia menuntun jiwa dalam rangkaian petualangan yang rindu diaksarai

Gadis cantik bernama Sisi Parameswari, sekolah di SMA Harapan, kelas XI IPS. Di sudut lapangan basket, tampak Sisi sedang asyik dengan gawai kesayangannya, terlihat gusar bergayut di mata bulat nya yang lentik.

Begitu lincah tangannya mencari, " Apa sih ini, show don't tell?" Sungutnya berusaha paham. Seulas senyum manis mengembang, perlahan tapi pasti ia amati layar gawai nya, " Oh, artinya tunjukkan jangan dibicarakan." Mata indah itupun segera melahap baris kalimat yang berkaitan dengan pengertian show don't tell. Show don't tell adalah teknik menulis uang  akan membuat pembaca mengetahui tindakan, perasaan, pikiran, daripada penjelasan atau pemaparan singkat. Teknik show membuat tulisan menjadi lebih bermakna, berbobot dan kuat.

"Akhirnya dapat juga yang dicari," goda Putri sahabat Sisi tiba- tiba. "Hanya penasaran saja, sebab tadi Bu Rima ngak jelasin dengan detail, bikin penasaran aja," Ujar  Sisi seraya mengajak Putri ke kantin.

Setelah dari kantin, Sisi pun kembali meneruskan pencariannya tentang materi singkat yang diberikan Bu Rima di kelas.

Sejak pembelajaran tatap muka terbatas, waktu bertemu guru di kelas singkat sekali hingga terkadang, banyak materi uang dirasa kurang jelas tetapi harus selesai ketika waktu tatap muka habis.

Meski telah dari SMP, Sisi tahu apa itu fiksi, tetapi kali ini ia ingin sekali memahami fiksi dengan baik. Entah mengapa, sejak belajar di rumah karena pandemi Corona, Sisi jadi suka baca, suka baca buku-buku fiksi. Buku yang selama ini tersimpan rapi di lemari buku keluarganya.

"Sisi udah pulang,sayang?" Sapaan lembut umi kecintaannya. Sisi segera menjemput tangan Umi, dan mencium punggung tangan itu dengan sayang. "Sisi ke kamar ya Mi, sisi mau belajar," ujar Sisi seraya mencium manja uminya. Dan berjanji bahwa setelah merasa lapar ia akan segera makan siang.

Setelah sholat Dzuhur, kembali Sisi mengarungi lautan ilmu, android dan laptoppun bersinergi, hela lega Sisi terdengat lembut setelah terpampang penjelasan tentang kata kunci yang dicarinya.

Kaya fiksi berasalah dari Bahasa Inggris, yang berarti khayalan atau rekaan. 

Fiksi dapat didefinisikan sebagai sebuah prosa naratif yang bersifat karangan dan imajinasi non-ilmiah yang dibuat oleh penulis dan tidak berdasar pada kenyataan.

Lalu matanya kembali tertuju pada artikel yang dibuat oleh Sudomo,S.Pt seorang penulis fiksi dengan seabrek prestasi dan karyanya. Ia menuliskan, untuk membuat cerita fiksi ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Penulis fiksi harus mampu mengembangkan imajinasi nya dengan cara banyak membaca buku fiksi. Dengan banyak membaca buku fiksi maka kita akan sekaligus belajar tentang gaya penulisan dan paham betul tentang bentuk cerita fiksi.

Bentuk cerita fiksi, cerpen, dan novel, selain itu ada bentuk lain fiksimini, flashfiction, pentigraf, novelet dan novela.

" Sisi udahan belajarnya," terdengar suara Umi nyaring mengagetkan Sisi. "Belum Umi!" Jawab Sisi cepat. "Sholat?" Susul Sisi sigap, "pasti udah!"

Sisi kembali berselancar, kembali ke artikel yang dibacanya. Seraya menuliskan hal-hal penting dari apa yang  dibacanya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis fiksi.

1. Tema

Tema adalah ide pokok cerita. Tema dapat berasal dari sesuatu yang dekat dengan penulis, menarik perhatian, mudah diperoleh dan ruang lingkup nya terbatas.

Cara menentukan tema, sesuaikan dengan minat penulis, angkat dari kehidupan nyata, imajinasi penulis, baca dan dengarkan curahan hati.

2. Premis

Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Unsur premis karakter, tujuan tokoh. Cara menyusun premis, tentukan unsurnya dan rangkai ke dalam satu kalimat.

3. Alur/plot

Adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita. Macam alur maju,mundur,campuran,flashback,dan kronologis. Unsur alur terdiri dari; pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks dan ending.

4. Penokohan

Penjelasan selangkah demi selangkah detail / karakter dalam cerita. Macam tokoh ; protagonis, antagonis, tritagonis.

Teknik penggambaran tokoh; analitik, fisik, prilaku tokoh, lingkungan tokoh, tata bahasa tokoh dan penghambat tokoh. 

5. Latar / setting

Penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Jenis layar terbagi dalam latar waktu, tempat dan suasana.

6. Sudut pandang penceritaan

Cara penulis menempatkan dirinya terhadap tokoh cerita. Terbagi dalam beberapa jenis yaitu, orang pertama 

 tunggal, orang pertama jamak, orang ketiga tunggal, orang ketiga jamak dan campuran.

Senyum tipis terukir di wajah manis Sisi, sungguh catatan yang dibuatnya ini akan membantunya menyelesaikan tugas dari Bu Rima, dan akan dipresentasikannya secara virtual.

Tetiba perutnya meronta, dalam satu lompatan Sisi sudah berada di depan pintu kamar dan segera ke meja makan.

Sore itu terlihat Sisi mgobrol serius dengan umi, salah satu sumber ilmunya. Umi hampir tahu banyak hal, kalau sudah ngobrol dengan umi bukan saja asyik tapi juga pengetahuan bertambah.

"Umi, Umi kan guru ya, apa sih pentingnya menulis fiksi bagi seorang guru," cecar Sisi disambut wajah kaget umi. "Kenapa, tanya? Si, alasan seorang guru harus bisa menulis fiksi terkait dengan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Salah satu komponennya adalah literasi, yaitu teks literasi fiksi. Dengan mampu menulis fiksi, guru akan lebih mudah membuat soal latihan untuk muridnya. Jadi, guru tidak lagi mengandalkan soal dari internet tapi bisa membuat soal sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan anak didiknya saat mengajar.

" Ujar Umi dengan sabar seraya menatap wajah cantik Sisi.

Sisi tersenyum, "Umi memang, Umi Sisi yang jempol deh," sahut Sisi dengan senyum menggoda. Lanjutnya, " terus kalau Umi tahu, dalam menulis fiksi apa aja yang harus diperhatikan?"

Umi tertawa kecil, seraya menarik nafas umi Sisipun berkata," Untung Umi masih ingat materi penulisan karya fiksi dulu. Jadi ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses kreatif menulis fiksi, 

1. Niat

2. Baca karya fiksi orang lain

3.Gali ide dan pilih genre yang dikuasai dan disukai

4. Buat outline atau kerangka cerita

5. Menulislah

6. Lakukan swasunting, setelah menulis untuk memperbaiki apabila ada kesalahan penulisan atau kesalahan lain.

Begitu anak Umi sayang," goda Umi.

Sisi tampak tersenyum puas mendengar penjelasan Umi yang panjang lebar. 

Tiba- tiba terdengar suara klakson motor di depan pagar, "Abi pulang, Mi, terima kasih untuk obrolan berkualitas kita ya," hambur Sisi seraya menuju pagar.

Demikianlah ilmu, selalu hadir dalam penasaran lalu minta diselami agar semakin dicintai. Dahaga yang muncul hanya kan hilang bila dipelajari dan dipahami.