Ketika gula dan garam bersatu


Gula dan garam adalah dua jenis bahan dapur yang akrab dengan para ibu. Siapa yang tidak tahu rasa keduanya, garam berasa asin sedang gula pasir berasa manis.

Persatuan antara gula dengan jenis minuman hangat atau dingin, teh,kopi,susu, dan coklat akan hadirkan rasa nikmat pelepas dahaga. Gula menjadi penentu rasa, berbeda bila kita tidak menginginkan gula masuk ke dalam minuman tersebut. Silakan abaikan keberadaan gula dalam minuman tersebut.

Begitu pula dengan garam, kehadiran garam di dalam masakan serasa mutlak penjamin kenikmatan masakan tersebut. Pembubuhan garam yang tepat tentu saja akan menjanjikan nikmat rasa di lidah.

Lalu menggabungkan kedua bahan ini dalam masakan, tentu saja akan meningkatkan rasa nikmat pada olahan masakan. Meskipun, beberapa daerah di Nusantara sangat jarang membubuhkan gula pada masakannya. Akan tetapi, beberapa daerah di Nusantara pun karakteristik masakan yang disukai bila ada cecap rasa manis yang tertinggal.

Dahulu, sebelum menikah, karena ibunda berasal dari Sumatera Barat, nyaris tidak ada masakan, lauk temannya nasi, yang dibubuhi gula pasir. Lidah ibunda yang peka dengan cepat akan mampu mendeteksi bila dalam masakan yang  dibuat mengandung gula.

Akan tetapi, setelah menikah dan suami lebih menyukai masakan yang berasa manis, tapi jangan kemanisan ya, maka mulailah terjadi revolusi rasa. Apalagi pengalaman waktu kuliah di Jogjakarta, rasa masakannya memang lebih ke manis, maka jadilah keberadaan gula pasir seakan tak terpisahkan dari masakan.

Di daerah kami, Sumatera Selatan, ada sejenis masakan yang bernama Pindang. Masakan berkuah dengan mencampurkan ikan air tawar dengan berbagai rempah ini, akan berasa nikmat bila rasa pedas,manis, asin dan gurih juga asam berpadu dalam harmonisasi yang indah,lezat. 

Bagi para pemula, masak pindang dengan menghadirkan sensasi rasa yang pas di lidah sungguh perlu pengalaman. Belajar dari kesalahan rasa dan terus mencoba akhirnya akan mampu hadirkan rasa nikmat yang dapat getarkan lidah.

Begitu juga untuk beberapa masakan seperti soto, sup, sayur asam dan sayur bening, hadirnya gula dan garam dalam komposisi yang pas akan membuat meja makan terasa hangat dan menyenangkan. 
Sang koki, ibu akan menjadi juaranya

Maka, apabila seorang ibu rumah tangga ditanya berapa banyak perlunya garam dan gula yang dibubuhkan pada suatu masakan, akan bingung. Karena, membubuhkan gula dan garam pada masakan yang dibuat adalah seni. Seni yang berawal dari kegiatan cicip mencicip.
Bila masak, jangan lupa dicicip ya.

Pun untuk sambal, sambal temen wajibnya lalapan akan berasa nikmat bila romantisme gula dan garam terjalin erat. Entah itu sambal yang ditumis atau sambal mentah, keberadaan kedua bahan ini menjadi penentu enak tidaknya sambal yang dibuat. Berapa jumlah yang harus dibubuhi? Itu seni, terkadang seni tidak bisa diwakilkan dengan satuan angka yang tepat, sebab rasalah yang bermain.

Jadi, mulai sekarang nikmati keberadaan gula dan garam dalam harmonisasi lezat yang mampu buat lidah bergoyang. Sederhana memang, tapi bukankah sesuatu yang istimewa justru berawal dari sesuatu yang sederhana. 

Yuk masak dan kalau masak, jangan lupa dicicipi ya.

Komentar

  1. Balasan
    1. Hehehe....deskripsinya oke dong...heheh air laut asin sendiri.

      Hapus
  2. Mantap ,Bu Fulan pasangan kopi ,garam juga bagus sama gula,atau apa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoknya Pak, gula Ama garam tu jodoh di masakan...heheh

      Hapus
  3. UPS.... Keren, padahal topik nya sederhana Bun..

    BalasHapus
  4. Jangan lupa juga kalo kasih resep sama temen yg kurang mahir di dapur lengkap dng takaran gulgar nya ya hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan dah dikasih tahu komposisi gulgar itu seni. Makanya dicicipin, heheh

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat pagi

Ketika Tidak menjadi Iya Plus Bonus dariNya

Anatomi itu tergenggam dalam tubuh buku