Rintik hujan di hari Jum'at


Tanpa sengaja menemukan hadist di atas sekedar untuk menjawab rasa yang kerap timbul di hari Jum'at. Sejak dahulu, selalu merasa ada yang spesial ketika hari Jum'at tiba. Entah mengapa selalu ada rasa haru ketika berjumpa dengannya. 

Kadang diri yang jauh dari kata Sholeha ini, kerap bertanya sendiri, tentang rasa yang timbul di hari Jum'at, apakah karena berada di ujung week end? Tapi sungguh itu bukan jawaban yang memuaskan tanya.

Beberapa tahun yang lalu, saat keluarga kecil kami baru pindah, dari Palembang ke Kayu Agung. Kebetulan rumah kontrakan dekat dengan mesjid. Anakku yang mulai berkenalan dengan mesjid begitu semangat menanti kedatangan hari Jum' at, termasuk aku dan suamiku.

Di mesjid dekat kontrakan, bila Kamis malam kerap mengadakan yasinan. Acara yasinan dijadwalkan rutin tiap Kamis malam selain untuk memakmurkan mesjid juga untuk mengeratkan silaturahmi diantara tetangga. Karena kesibukan masing-masing, pertemuan di mesjid ini digunakan untuk mempererat silaturahmi.

Selepas Ashar,dengan celoteh riuhnya anakku seolah tak sabar mempersiapkan diri untuk segera hadir di mesjid. Apa karena rumah kontrakan kami yang mungil sedangkan mesjid memiliki ruangan yang luas membuat ia merasa begitu bahagia berlari lari di lingkungan mesjid. Atau karena akan bertemu dengan teman-teman nya membuat ia begitu bahagia ke mesjid. Yang jelas, kami memang merasa senang menjadi bagian dari jama'ah yang setelah sholat Maghrib membacakan surat Yasin bersama-sama.

Di hari Jum'at nya, ia beserta abinya melaksanakan sholat Jum'at pun dengan persiapan yang juga menyenangkan. Hatiku terasa hangat melepas dua lelaki tercintaku dengan baju kokonya ke mesjid untuk menunaikan sholat Jum'at.

Haru biru kerap melanda hati, menjalani waktu yang bergulir di hari Jum'at. Setelah membaca hadits di atas seolah menjadi sebuah jawaban hati mengapa hati kerap dilanda gerimis ketika Jum' at menyapa.

Termasuk saat ini, siang bersampul hujan. Sebelumnya angin bertiup dengan ritme yang tak berirama, kadang kencang kadang lembut. Dikejauhan kilatan petir dan guruh bersahutan, tidak menggelegar tapi cukup menjadi peringatan. Segera lah berteduh karena hujan akan segera turun sebentar lagi.

Langit semakin menghitam, satu satu titik hujan turun, basahi tanah, basahi dedaunan, basahi genting namun hatiku tak basah karenanya. Terbetiklah satu pembelajaran tentang ini.

Hujan yang turun saja akan melalui serangkaian proses, lalu bagaimana dengan masalah yang kerap kita hadapi?
Rasanya Allah, pun berlaku adil pada makhluknya yang satu ini, kita.

Sebelum Allah berikan kita masalah, Allah pun kerap memperingatkan kita, hukum sebab akibat misalnya. Tinggal kita saja, mau memahaminya atau tidak. Dan untuk bisa memahami sesuatu, dibutuhkan lah proses, belajar.

Iya, seperti yang sedang ku jalani saat ini, berproses. Berproses untuk memahami hukum sebab akibat agar ketika masalah datang, ngak lantas negative thinking sama Allah, tapi mampu mengurainya terlebih dahulu.

Dari proses penguraian yang benar dan teruji inilah, tentu aku kan mendapatkan suatu pengertian bahwa semua yang terjadi atas izin dan sepengetahuan Allah. Allah Maha Berkehendak, atas sesuatu yang terjadi padaku. 

Lantas, tawakal dan selalu berserah padaNya, adalah kunci dari setiap permasalahan yang menggoda. Apakah ini mudah, tentu jawabannya tidak. Sebab hidup adalah hidup yang kan hadir dengan permasalahan dan penyelesaiannya. Kekuatan untuk menjalani semua adalah...Kita Punya Allah.

Sesuai kehendakNya, hujan pun berhenti. Tinggalkan udara dingin yang hadirkan kantuk dan rasa nyaman. Dedaunan pun bahagia sebab ia tak lagi merana menanti embun kala malam tiba.

Setelah sekian lama, baru siang ini aku mampu menguraikan rasa yang kerap hadir ketika hari Jum'at tiba. Rasa haru yang kerap terasa kini beroleh jawaban. Semoga Allah selalu berikan hati ini pengertian yang benar, aamiin.

Komentar

  1. Luar biasa, semoga ummi menjadi penulis yg hebat, aamiiiin ya robbal aalamin

    BalasHapus
  2. Luar biasa, semoga kesuksesan selalu menyertsi ummi

    BalasHapus
  3. Masyaallah, selalu semangat berkarya. Ntaps soul bun

    BalasHapus
  4. Tulisannya bagus bun, ingin rasanya saya bisa belajar tuk bisa nulis seindah itu...

    BalasHapus
  5. Keren. Mengalir. Ko dipanggil nya umi seh..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk kepentingan grup kelas anak,Bun. Nama saya, Susi...pake in manis jg gpp..hehe

      Hapus
  6. Balasan
    1. Masih jauh dr baik Bunda..masih perlu banyak belajar.

      Hapus
  7. Balasan
    1. Terima kasih Bu Ros...terima kasih karena bukain pintu ke saya.

      Hapus
  8. Kalau ada 20 naskah bisa kita terbitkan

    BalasHapus
  9. Mainkan aksaramu susi manis petik senandung alam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga aksara ini menjadi indah di tempat yang penuh pesona.

      Hapus
  10. Terima kasih. Tulisannya bagus menginspirasi. lanjut dan kumpulkan di blog bisa diyrrbitka menjadi buku solo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas supportnya, Pak. Semoga bisa ya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat pagi

Menulislah, karena engkau berharga

Ketika Tidak menjadi Iya Plus Bonus dariNya