Dapurnya dibongkar, nalarnya berkelana
Seperti kemarin malam terlalui satu lagi
Seperti kemarin selalu temui ia yang bersembunyi
Tak mudah menariknya, tak mudah biarkan ia duduk tenang
Dalam tiap hela nafas ia ada
Mengurai kisah yang selalu beda
Malam ini ia beda
Seolah tak peduli pada indah lingkar rembulan
Terlalu padat rasa itu, seolah segala pepat jadikannya satu
Apakah ini kulminasi itu?
Malam ini, 22 November 2021, kelas menulis ini telah berada di angka 22. Tentu saja itu bukan berarti kelas masih berada di fase awal. Tapi tanpa disadari kelas semakin mendekati akhir dari perjalanan belajar menulis gelombang 21.
Mengusung tajuk Menguak Dapur Penerbit Mayor pemateri mumpuni menjadi Nara sumber malam ini. Beliau adalah Bapak Edi. S. Mulyanta. Ia adalah seorang publishing consultant pada penerbit Andi, Yogyakarta. Moderator yang membersamai kelas malam ini adalah ibu cantik, Helwiyah.
Banyak hal menarik yang disampaikan Pak Edi dalam materinya, termasuk peluang emas yang sangat menarik untuk kaum rebahan yang jemarinya telah begitu ekspert menari di layar gadget, kuy baca sampai habis ya.
Situasi saat pandemi
Dimulai dari rasa prihatinnya terhadap apa yang telah sama-sama kita alami saat badai pandemi covid 19 melanda. Ketika pandemi melanda, tepatnya Maret 2019, dunia usaha sungguh mengalami pukulan yang tak pernah terkira sebelumnya. Semua berteriak, menjerit bagaimana mempertahankan usahanya di tengah iklim yang sungguh memprihatinkan. Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang membatasi kegiatan sosia masyarakat, saat itu pula iklim dunia usaha tergoncang hebat.
Semua lini merasakan dampak ini, tak terkecuali dunia penerbitan buku. Buku yang telah memiliki segmen pasar yang loyal dari waktu ke waktu tetap menjadi primadona masyarakat dalam mengakses informasi.
Tampilan fisik buku yang menarik dan isi yang disukai masyarakat menjadi ladang bisnis yang menjanjikan bagi penerbit. Bagi penulis, melihat karyanya terpajang indah di display toko buku menghadirkan pijar kebanggaan yang tak terkira. Bagi pembaca, memiliki buku idaman dengan penulis yang disukai adalah hadiah istimewa untuk diri sendiri.
Akan tetapi, semua romantisme itu diluluhlantakan oleh badai hebat yang menguras semua energi, empati dan finansial. Pelaku usaha nyaris kehilangan rule yang biasa menyamankan, berganti dengan situasi yang tak menentu sedangkan masyarakat pun dibuat limbung dengan pembatasan-pembatasan berkegiatan sosial.
Penerbit pun berusah keras untuk tetap eksis mempertahankan kapal besar mereka. Mereka sadar bahwa harus ada perubahan besar pula yang segera dilakukan agar bertahan, agar kapal besar itu tidak poranda.
Haluan visi dan misi harus segera ditinjau ulang untuk segera diubah adalah solusi yang paling mungkin untuk hadapi masa pandemi tersebut. Penerbit sadar bahwa dengan meng- update diri mengikuti situasi terbaru, terkini adalah obat yang paling tepat dikonsumsi saat itu.
Penerbitan buku secara umum tidak bisa lagi dilakukan seperti pada saat normal. Intensitas penerbitan buku yang menurun berimbas pada jumlah buku yang diterbitkan dan ini mengguncang omset.
Untuk penerbit-penerbit yang berorientasi pada UUD, ujung-ujungnya duit demi mempertahankan cash flow nya akhirnya banyak yang berpindah haluan ke usaha lain.
Uniknya selama pandemi saluran toko buku mengalami kontraksi yang cukup dalam. Saluran outlet toko buku berpindah, yang biasanya offline menjadi online. Sistem penjualan online ini ternyata menyumbangkan angin segar saat pandemi. Begitu juga dengan sistem digitalisasi materi dalam bentuk media lain selain tulisan ternyata disukai masyarakat yang saat itu memang berkegiatan di rumah.
Perubahan sistem penjualan ke sistem digital seperti ini disambut antusias oleh penerbit buku yang telah melengkapi dirinya dengan sistem digitalisasi yang terus meng up date diri.
Hal ini berbeda dengan penerbit kecil. Menjadi tantangan berat bagi penerbit kecil yang menggantung kan outletnya di toko buku. Sebab lockdown yang diterapkan pemerintah, sunggu berimbas ke berbagai sentra ekonomi, menjadikan saluran penjulan buku secara offline terkoreksi parah.
Melalui jaringan toko elektronik di masa pandemi ini, meskipun buku cetak masih diminati masyarakat dalam memperluas cakrawala nya tetapi elektronik book siap berkembang di masa yang akan datang. Ini adalah sebuah budaya baru yang siap dinikmati oleh masyarakat. Elektronik book siap menjadi ladang baru bagi para penulis di masa depan dengan semua kemudahan, kepraktisan dengan proses murahnya tentu saja.
Penerbit mayor dan penerbit minor
Konsep penerbit mayor dan penerbit minor pada dasarnya sama saja yaitu, mempublikasikan hasil tulisan dari penulis yang menjadi mitranya.
Tugas dari penerbitan adalah memberikan layanan industri dalam menerbitkan atau mempublikasikan hasil tulisan karya tulis dari penulis.
Penerbit hanyalah intermediary atau perantara dalam proses publikasi sebuah tulisan. Tugas penerbit adalah menghasilkan keuntungan dalam setiap terbitannya. Yang menjadi pembeda adalah jumlah atau skala produksi setiap penerbit. Hal ini lah yang menjadi titik tolak dari perbedaan penerbit mayor yang tergabung dalam IKAPI, ikatan penerbit Indonesia.
ISBN
Skala produksi tercermin dalam ISBN setiap buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut. Melalui ISBN dapat diketahui penggolongan skala produksi buku yang dihasilkan per tahun.
ISBN dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional yang diberi hak oleh negara untuk memberikan nomor- nomor yang dikuasainya tersebut untuk dibagikan kepada penerbit.
Angka di publication elemen adalah jumlah produksi buku yang dapat dilakukan oleh penerbit tersebut. Jadi di dalam ISBN dapat diketahui berapa kekuatan produksi buku yang diterbitkan penerbit.
Tidak ada bedanya antara npenerbit mayor dan penerbit minor. Hanya pada beberapa penerbit tertentu memilih spesialisasi pada genre tertentu untuk lebih fokus dalam produksi dan pemasaran nya.
Penerbit mayor memiliki saluran pemasaran yang cukup beragam atau Omni channel, selain outlet di toko buku tentunya.
Tantangan dan harapan
Satu hal yang dipastikan dari pelaku usaha adalah bertahan hidup. Hal yang sama pun dirasakan dunia penerbitan. Penerbit di mata pembaca sama saja, sama- sama bertahan dan berjuang untuk mempertahankan hidup. Masa pandemi telah membuktikan sekecil apapun, geliat untuk tetap hidup adalah semangat dasyat yang menjadi masa- masa lockdown terasa begitu berharga.
Dua tahun menjalani masa pandemi semangat penulis baru demikian luar biasa. Banyak karya yang masuk ke Penerbit Andi. Tapi sayangnya, pendapatan penerbit yang tergerus saat pandemi menjadikan Penerbit Andi harus ekstra hati-hati dalam menyeleksi karya yang masuk tersebut.
Awal tahun 2021, sebenarnya penerbit telah mulai bangkit. Diantara bulan Januari- Februari, kuncup- kuncup pendapatan yang diperoleh penerbit telah mulai tumbuh dengan bahagia. Akan tetapi, saat pandemi gelombang ke dua melanda, pendapatan tersebut merata, benar - benar merata ke level terendah.
Terpaksa diambil langkah penyelamatan agar perusahaan tidak limbung. Perusahaan langsung mengambil langkah mengerem produksi dan menabung naskah-naskah yang telah masuk. Sungguh suasana tidak nyaman ini membutuhkan hati dan kepala yang dingin sekaligus kuat untuk menghadapinya.
Proses cetak buku fisik yang sangat dibatasi ini ternyata dapat diatasi dengan menerbitkan elektronik book. Elektronik bobok menjadi solusi untuk mempercepat proses penerbitan sebuah buku. Minat dan sambutan masyarakat dari elektronik book dapat menjadi acuan bagi penerbit menilai seberapa besar penerimaan masyarakat terhadap suatu karya.
Meskipun, elektronik book telah mulai dikenal masyarakat tetapi keberadaan buku fisik tetap akan mendampinginya. Elektronik book tetap menarik karena praktis, ramah lingkungan, menjanjikan keterbukaan dalam menerima media lain sebagai pengayaannya. Tetapi menggenggam sebuah buku adalah sensasi tersendiri bagi penikmatnya.
Google juga sigap dengan meluncurkan google books ya menjadi konsep digitalisasi e-book sudah mencapai industrialisasi digital masa depan.
Tantangan penerbit mayor dan penerbit minor adalah kecepatan dalam penguasaan teknologi ini ke depan. Konsep multimedia, mengawinkan antara media-media baru menjadikan buku akan semakin mengecil secara fisik. Apalagi konsep metaverse yang diusung Facebook, dunia digital akan semakin kaya.
Harapan untuk penulis
Penulis harus memperkaya diri dengan terus meng update diri dan meng up grade diri di masa depan. Keberadaan media baru seperti channel webinar, podcast, Instagram live, wa group merupakan alat promosi yang tak terbatas.
Untuk itu penulis juga harus menjadi generasi milineal yang mahir hidup di dunia digital. Penulis harus punya blog, channel YouTube, Twitter, podcast, tik tok sebagai sarana promosi yang merangsang penerbit untuk tidak berdaya menolak kehadiran karyanya karena jumlah followers yang ia miliki sangat banyak.
Seperti Tere Liye, penulis produktif yang saat ini telah mampu menerbitkan karyanya sendiri melalui aplikasi Google books.
Selain penulis harus mempersiapkan materi yang menarik dan berguna dan mempromosikannya secara masif melalui media sosial. Ia juga harus memiliki satu hal ini. Penulis harus jujur , dengan menjaga kejujuran, dan jujur dalam idealisme akan membuat seorang penulis selalu mendapat tempat dihati pembaca nya. Selain itu, membaca tulisan dari penulis lain pun penting karena itu artinya penulis belajar berbagai genre tulisan orang lain.
Saat ini, dengan pesatnya perubahan disetiap lini kehidupan bermasyarakat, dunia pendidikan pun mengalami percepatan perkembangan yang harus disikapi dengan Arif dan bijaksana, dalam jawabannya terhadap pertanyaan salah satu peserta Pak Edi mengungkapkan bahwa penerbit sangat tertarik pada tulisan yang berisi Penguatan Pancasila, Attitude Pelajar dan Softskill, contoh ketiga tema di atas sangat dicari penerbit, dengan gaya tulisan yang futuristik tentu saya, imbuhnya mantap.
Kesimpulan
Sebagai closing statement nya...Bapak yang telah bergelut selama dua puluh tahun dibidang penerbitan buku ini berujar,
Akhir kata bagi bapak ibu hebat pegiat literasi Nusantara malam ini
" Jangan pernah berhenti untuk mencoba dengan sesuatu yang berawal baik......lakukan hingga menghasilkan sesuatu.."
Lakukan yang terbaik, meski kesulitan menghadang.
Malamku berganti pagi
Pepat rasa yang membuncah padatkan rasaku
Berhenti sejenak untuk mengurainya
Kembara mimpi menjadi dambaan
Kesegaran pagi anugrah, dalam hembus baru kehidupan
Jelang mentari, jelang semangat, tak ada yang tak berlalu
Hadapi ia meski berkalut risau
Kembara asa kan gulirkan resah
Hadirkan diri dalam balutan kemenangan
Selamat pemenang, kamu
Lengkap, komplit Go to the Book 🌹
BalasHapusSip..
HapusMantap.... Bunda....
BalasHapusSip
HapusSemangat 👍
BalasHapusSemangat
HapusBaca judul saja sdh tertarik
BalasHapusJudulnya menarik, gimana isinya, Bun?
HapusBagus ini tulisan lain dari yang lain
BalasHapusTerima kasih, Bunda.
Hapus