Ketika hujan tiba
Entah kenapa, setiap hujan tiba selalu ada kehangatan yang justru menari. Tak hanya satu rasa tapi beragam rasa berebut tempat di hati untuk diberi makna satu per satu. Saat hujan tiba memang repotnya seorang ibu rumah tangga tak dapat diingkari. Angkat jemuran, terus panas jemur lagi, terus rintik angkat lagi, terus matahari main mata bikin penasaran maka dijemur lagi. Nyanyi gerutu enak banget dilagukan.
Terlepas dari kebijakan seputar jemuran disaat hujan, pada dasarnya hujan tetap penuh pesona. Pesona kaki hujan menjadi pemandangan yang asyik dinikmati kala ia berebutan turun ke bumi.
Aroma air hujan yang bercengkrama dengan tanah saat ia turun hadirkan aroma yang kerap bikin rindu masa lalu. Tapi tahukah anda, istilah yang digunakan untuk menamai aroma hujan tersebut? Petrichor. Petrichor digunakan untuk menyebut aroma hujan saat tetes hujan menjumpai tanah. Istilah ini diciptakan dari bahasa Yunani oleh dua ilmuwan Australia, Beat dan Thomas pada tahun 1964.
Benar bila hujan adalah rahmat Allah yang tak terperi hikmahnya, meski kadang hadirnya munculkan gerutu panjang. Itulah kita, manusia yang menjadi lengkap karena keluh kesahnya. Tapi, jangan sampai menjadi hobi ya, hobi koq mengeluh?
Pagi tadi, awan hujan menggantung berat di lelangit. Aroma dingin dan aroma hujan terasa mendominan oksigen yang terhirup. Ada ragu untuk melanjutkan perjalanan ke pasar, perjalanan ini lanjut apakah balik kanan. Namun, karena isi kulkas yang merana karena sepi dari penghuninya terpaksa membelah jalan diantara janji hujan yang semakin dekat.
Pertemuan antara penjual dan pembeli berlangsung dengan cepat, tak ada tawar menawar, tak ada lagi pilih pilih cabai dan sayuran yang buat penjualnya nanar. Semua dipercepat, sebab bala tentara hujan semakin mendominasi.
Laju motor pun berlanjut ke arah lapak penjual ikan dan daging. Brusss.....hadirlah bala tentara hujan entah dari mana datangnya. Udara yang semula dingin dibuat semakin dingin karena derai hujan mengambil tempat meski kita telah berteduh, dilapak penjual ikan berbaur dengan penjualnya. Cubitan manja tepisan hujan semakin gigiti pagi yang tak berbekal teh hangat seperti biasa.
Hebatnya, tak ada wajah kesal diantara mereka,para penjual ikan dan ayam, yang menjadi penonton hujan pagi ini. Berbekal jas hujan berbahan plastik tipis pejuang keluarga itu tetap beraktivitas seolah hujan tak mengganggu mereka.
Sedang aku, hanya mampu duduk pasrah di kursi plastik penjual ikan dan dipaksa nikmati suasana tanpa mampu memilih. Kucoba mencari alasan mengapa aku menyukai hujan meski kadang menggerutu tak berdaya juga.
Kotak-kotak ikan berlapis karung plastik yang dijalin sedemikian rupa tertatap tanpa sengaja. Karena tak tertutup tenda atau payung lebar, terlihat betapa para ikan bergairah.
Sejalan guyuran hujan yang melebat para ikanpun seolah menari diantara hujan. Seolah berkata, meski sebentar lagi kami berakhir di penggorengan tetapi hujan ini memberi harapan bagi kami untuk bahagia sedikit lebih lama.
Pesona liuk tubuh mereka dengan kecipak air yang mereka timbulkan seolah pernyataan mereka sangat nikmati hujan ini. Serasa sok tahu ya, tapi entah benar entah tidak benar adanya bahwa menggerutu itu hanya akan menghabiskan energi, kalau dinikmati kan malah jadi bersyukur.
Jarang jarang bisa nikmati hujan di tengah pasar, jadi lebih baik asyikin aja. Bercanda dengan imajinasi, sampai ikan di box penjual ikan pun bisa dijadiin bahan baku imajinasi.
Untungnya tak ada air yang menggenang, aliran air ngantri sabar disetiap lubang selokan. Meliuk manja, turun naik mengikuti lantai yang bergelombang. Aroma pasar yang tak nyamanpun tak tercium.
Senyum tipis ku dibalik masker, jadi ngak ada yang liat, disana dibalik lubang, jalan air tentu masih ada kehidupan yang menantikan hujan dengan bahagia. Lalu dimana persembunyian para tikus? Ah...sudahlah. Ngak suka mikirin makhluk ini.
Jadi, dimanapun itu, hujan tetap memberikan sensasi haru yang nikmat untuk diresapi. Sungguhlah selalu ada kebaikan diantara banyak hal yang terhampar dihadapan, meskipun itu saat berteduh bersama para ikan yang menggeliat nikmati kaki hujan yang ramah baginya.
Semoga hujan yang turun adalah hujan yang baik, yang didalamnya terdapat kebaikan dan yang akhirnya pun terdapat kebaikan, aamiin.
Hujan penuh berkah, berkah untuk menjadikan Anda penulis hebat 👍👍
BalasHapusAamiin... terimakasih, Pak.
HapusCeritanya dikemas dengan Indah bak puisi,.
BalasHapusSaya juga penikmat hujan walau saya harus berteduh,. Alhamdulillah saya jarang menggerutu karena hujan juga dinantikan makhluk lain.
Terimakasih atas kunjungannya Ibu. Hujan selalu memiliki rasa, meski di waktu berbeda tetapi terasa indahnya sama.
HapusAyo Bu semangat pasti bisa 😁😁
BalasHapusAyo ,Bu pasti bisa dan semangat
BalasHapusTerimakasi, Pak.
Hapus