Michiko Denim ku
Perkenalkan namaku Pak De Artho, seorang penjual minuman dingin di depan sekolah dasar Bina Insani. Keseharian ku ya disini, di bawah pohon rindang dan menanti anak anak sekolah yang selalu riuh dengan suara cerianya membeli dagangan ku.
Karena sering nya mereka membeli daganganku, aku mengenal langganan kecilku dengan baik. Mereka telah kuanggap sahabat kecilku penghibur hati ini yang kerap digelitik rindu pada cucu-cucuku nun jauh di kampung sana.
"Pak De, mau dong beli biscuit dan air mineralnya," sebuah suara yang ku kenal membuyarkan lamunanku. "Siap Boss!" Dengan sigap kulayani pelanggan kecilku dengan senyum yang kupunya. " Hari ini siapa yang jemput?" Tanyaku pada anak itu,namanya Dhava. "Enggak tahu Pak De, semoga aja orang di rumah enggak lupa jemput aku," ujar Dhava dengan sendu.
Aku tahu arti senyum itu, senyum yang seolah ingin bercerita banyak tentang rindunya pada ibu yang jauh di negeri Jiran sana.
Dhava pernah bercerita tentang mamanya yang menjadi TKI di negeri Jiran, karena penghasilan papanya yang tak mencukupi kebutuhan keluarga mereka.
Anak-anak yang terlambat di jemput orang tua mereka memang suka duduk di kios ku, menunggu jemputan. Kadang rasa kesal mereka menjadi bahan obrolan asyik kami di tengah hiruk pikuk lalu lintas.
" Eh...Pak De, Michiko Denim lagi...hari ini," suara riang itu mengejutkan kami berdua. Senyum lebarnya mengembang, disambut anggukan kecil si mungil Dhava.
" Eh...Farel, iya...Michiko Denim lagi, abis enak dipake dan warnanya Pak De suka," jawabku tak kalah riang. "Ini baju baru Pak De, baju yang warnanya paling terang diantara baju Pak De," ujarku sedikit malu.
" Maafin Farel ya Pak De, sebab Farel ngak bisa kasih Pak De baju yang bener-bener baru," ku lihat ada sedih yang menggantung di mata anak kecil yang hatinya lembut itu.
Farel langganan kecilku ini lebih beruntung dari Dhava, meskipun kedua orang tuanya bekerja tetapi mereka tinggal bersama.
Seolah mencontoh kedua orangtuanya, Farel adalah anak yang baik yang tak segan mengulurkan bantuannya terhadap orang lain. Kaos yang ku kenakan ini, adalah pemberian Farel saat ia melihatku mengenakan pakaian yang robek. Keesokan harinya, ia memberikan kaos ini. Kaos yang tidak dikenakan lagi oleh ayahnya, tapi masih bagus menurutku.
Dan sejak itu jadilah ini, pakaian terbaikku.
Kedua langganan kecilku ini terlihat asyik ngobrol tentang pelajaran mereka barusan. Rasa haru menerpa hatiku, ingatanku kembali ke cucu tercintaku di desa. Sedang apakah mereka sekarang?
"Nah...Farel dah dijemput Pak De, yuk Dhava ikut aku sekalian kan kita searah," ajak Farel seraya menarik tangan Dhava, keduanya pun berlari kecil menuju motor yang dikendarai papa Farel. Lambaian kecil ku arahkan ke mereka disambut acungan jempol papa Farel. "Besok Michiko Denim lagi ya....! Ujar Farel seraya berlalu dihadapanku.
Wah jadilah cerita yg keren
BalasHapusTerimakasih....
HapusMasya Allah bagus sekali ceritanya Bunda ,Luar Biasa
BalasHapusAlhamdulillah... terimakasih Bunda.
HapusLuar biasa imajinasi dan kreativitas menulisnya
BalasHapusTerimakasih Oom Jay, saya masih mencoba mengakrabi softskill.(?)
HapusMantuuul bakal jadi saingan asma Nadia ini suatu saat
BalasHapusKeren.. enak dibaca nya.
BalasHapusTerimakasih, Pak.
HapusWow jadilah sebuah cerpen...
BalasHapus