Dicari Guru Menulis yang Marketable
Narasumber : Edi S. Mulyanta
Moderator : Mulyadi
Judul : Menguak Dapur Penerbit Mayor
Tanggal : Rabu/ 2 Maret 2022
Selama ini aku pikir dia sombong
Seenaknya pilih ini pilih itu
Apa ngak ia pikir sejuta harap yang telah terlempar ke semesta
Ini bukan hanya urusan uang ya
Ini urusan kebanggaan, harga diri dan pengakuan
Mereka yang telah berkeringat
Begadang hingga berpuluh malam
Hanya mampu bermimpi aksaranya mematung elegan di rak buku ber air conditioning
Tapi, malam ini aku jadi tahu
Ini bukan tentang kebanggaan yang ingin dipeluk
Ini tentang seberapa mampu kau penuhi dahaga mereka, paham!
Malam ini, berpuluh malam telah berlalu, berpuluh malam bergulir dalam rasa yang hanya mampu kubagi pada diriku sendiri. Dan, mulai ada jelaga yang berayun, menggoda. Melenakanku dengan sejuta pesonanya, "Sudah lah, mampirlah sebentar, biarkan aksaramu terserak, mereka juga lelah, biarkan mereka bermain sejenak. Dan kau, bermain lah sebentar dengan inginmu, yuk...kita nikmati malam dengan berselancar di profil public figure yang menggoda itu," gelitik hatiku.
Keputusan pun diambil, abaikan air hidung, abaikan suara bariton yang parau, siapkan semua pil yang menjadi amunisi tambahan hingga bisa lewati malam dan tidur setelah nama terpampang di helai layar gawai
Malam ini, pertemuan ke 20, kelas menulis kedatangan narasumber dari Penerbit Andi, yang telah sekian lama mengabdikan diri di salah satu penerbit Mayor yang bergengsi di Indonesia, ialah Bapak Edi S. Mulusnya. Entah kebetulan apa tidak, moderator malam ini adalah Bapak Muliadi, penulis keren dari Toli Toli. Kedua Bapak Mul ini akan membersamai kelas menulis malam ini dengan tajuk Menguak Dapur Penerbit Mayor.
Hayo...siapa hatinya ngak baper dengan frasa penerbit mayor? Itu lho, penerbit dambaan setiap penulis yang serem sekaligus misterius itu. Bagaimana tidak, telah banyak penulis berjibaku untuk dapat karyanya diterbitkan oleh penerbit mayor tetapi hasil yang di dapat adalah kecewa, kecewa sekali lagi kecewa.
Nah, agar ngak terlalu lama dicumbu baper tingkat dewa yuk kita simak, apa sih yang membuat penerbit mayor harus selektif dan bersungguh hati dalam menentukan karya penulis yang akan diterbitkannya. Simak penjelasan Pak Mul yang narasumber kuy, Pak Mul moderator yang akan memandu lalu lintas chat kita dan yang akan mengompori kita malam ini....simak sampai selesai ya.
Pada dasarnya penamaan penerbit mayor mengacu pada jumlah terbitan yang bisa mereka hasilkan dalam satu tahun. Penerbit yang mampu menghasilkan terbitan lebih dari 200 judul per tahun dapat dikategorikan sebagai penerbit mayor.
Penerbitan buku dalam bentuk fisik yang selama ini menjadi primadona terpaksa harus terkoreksi tajam di tahun 2019. Hadirnya pandemi covid 19, di tahun 2019 memukul hebat dunia penerbitan.
Runtuhnya dunia surat kabar sebagi imbas keberadaan pandemi merupakan pukulan telak bagi dunia cetak dan informasi. Perubahan teknologi yang terjadi secara mendadak pun serasa seperti bayang-bayang kelam yang melahap dunia penerbitan buku di Indonesia juga di dunia.
Apalagi amanat yang diisyaratkan oleh undang-undang no 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahap menggantikan dunia cetak. Hal ini dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan pemerintah no 75 tahun 2019, memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.
Namun, buku dalam format digital masih merupakan embrio yang belum bisa menghasilkan keuntungan yang sama seperti buku fisik. Jadi masa depan buku fisik masih terasa sexy untuk kita perhatikan dan nikmati.
Jadi kurang lebih posisi penerbit seperti di atas. Keberadaan buku dalam bentuk fisik tetap akan memberikan royalty(koin) juga point untuk jenjang akreditasi dan angka kredit bagi guru.
Perkembangan kurikulum menuju merdeka belajar dan kampus merdeka menuntu penerbit untuk berlomba menerbitkan buku yang mendukung literasi dasar.
Ini peluang untuk para guru karena kurikulum saat ini menuntut banyaknya sumber- sumber literasi bagi anak didik kita.
Penerbit saat ini semakin bersemangat untuk dapat mengisi peluang tersebut, kendala utama adalah mencari penulis dengan tema yang marketable. Jadi Bapak Ibu hebat, kita sambut peluang ini, setuju!
Berdasarkan PP 75/19 pelaksanaan UU 3/17 jenis buku yang diharapkan pasar adalah seperti tersebut di atas.
Kuadran yang menarik bagi penerbit adalah buku yang memiliki market besar dan tentunya diimbangi dengan kualitas yang ideal walaupun hal ini disadari cukup sulit menemukan kuadran buku yang ideal.
Kendala utama untuk terbit adalah keterbatasan modal penerbit sehingga penerbit akhirnya memberikan syarat dan saringan untuk dapat mendapatkan naskah yang mendukung industrialisasi buku tetap berjalan.
Penerbit biasanya melakukan scouting atau pencarian tema dan penulis. Bekerja sama dengan team riset pemasaran untuk menentukan tema apa yang masih dapat diserap oleh pasar. Data pasar menjadi penting sebagai acuan untuk memberikan arah haluan kemana produksi buku dapat dikembangkan lebih lanjut. Hal ini dapat terwakilkan oleh data yang berhasil disusun tim riset saat masa pandemi.
Siapa yang membiayai penerbitan buku? Ini adalah pertama dasar yang sering bikin penasaran tapi terasa saru untuk ditanyakan langsung. Penerbit punya dana, untuk memilih terbitan buku yang menjadi sasarannya, sehingga semua biaya produksi hingga pemasaran dilakukan penerbit tersebut.
Jadi konsepnya, penerbit punya dana untuk membiayai penerbitan sebuah buku. Dan tulisan yang masuk ke penerbit pun sangat banyak, dan itu semua harus diseleksi. Maka seleksi pertama yang dapat dilakukan adalah sesuai tidak kah tulisan tersebut dengan visi misi penerbit.
Karena banyaknya tulisan yang tidak sesuai dengan visi misi penerbit maka akhirnya karya tersebut tidak diterbitkan.
Karena banyaknya buku yang ditolak maka penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya misal dibiayai oleh penerbit sendiri, skema dana pribadi, CSR, perusaan lain, dana penelitian dan sekolah dan lain lain.
Jadi, trik jitu saat ini agar tulisan kita terbit adalah menulis dengan cara bersama - sama atau bergotong royong. Hal ini tentu saja memiliki plus dan minusnya, misal angka kredit yang di dapat menjadi jauh lebih kecil.
Dan, ketika dapur telah dibukakan serta kita tahu rahasianya maka intinya, penerbit mayor siap menerbitkan suatu karya yang sesuai dengan apa yang diharapkan penerbit. Penulis pemula tak perlu khawatir akan gulita nya jalan yang akan dilalui karena dengan berkunjung langsung ke situs Penerbit Andi kita akan tahu seputar tema yang sedang digandrungi dan mengintip karya penulis yang berhasil diterbitkan.
Apabila kita telah dapatkan peta itu maka segera lakukan ATM, amati, tiru dan modifikasi. Maka tidak ada alasan untuk menjadi baper karena tulisannya tak diterbitkan. Sebab ternyata pasar selalu membutuhkan penulis yang mampu menuntaskan dahaganya. Dan itu mungkin salah satunya saya.
Jadi, penerbit adalah lembaga yang mencari profit dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan buku sesuai visi dan misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati pembacanya.
Nah, terbuka sudah tirai itu
Bahwa menjadi besar tidak lantas mengabaikan banyak hal
Tapi membuatnya menjadi sederhana pun tak lah mudah
Kita hanya mampu segera bangkit, segera berbenah dan kembali nyalakan semangat dalam dada
Tak mudah untuk menjadi bintang
Tapi bukan tak mungkin terbang setinggi bintang
Meski kau terjatuh
Masih ada awan dan rembulan yang kan siap menyambutmu
Mereka tak hanya siap memelukku
Tapi juga membiarkanmu ntuk bersiap melompat lebih tinggi
Rembulan di malam bulan purnama ya Bu,
BalasHapusHehe...iya, kalau ngak ketutup awan ya..
HapusKereeen, aku temenin deh terbang tinggi setinggi bintang di angkasa raya😂
BalasHapusAsyik...ada temennya nij
HapusWow kereeen bunda👍👍👍
BalasHapusTerimakasih...teman duetku
HapusPuisi pembukanya mempermainkan emosi pembaca. Keren
BalasHapusTerimakasih Pak Yamin.
HapusBercanda dengan bintang
BalasHapusTerbetikkan malam terang .
Berkarya ciptakan gagasan
Terbitkan buku sebagai kebanggaan .
Aamiin....
HapusTop bgt dah resumenya Bunda Susi,puisinya bikin mabuk kepayang he he he
BalasHapusHehe...jangan sampe mabuk dong, Bun
HapusSetinggi impian mewujdkan buku solo semangaaat
BalasHapusSemangat..
HapusMelaju ke buku solo ya
BalasHapusInsya Allah...
HapusSemakin keren resumenya bun👍👍
BalasHapusTerimakasih, Bun
Hapus