Filosofi Permen
Narasumber : Suharto, M.Pd
Moderator : Dail Ma'ruf
Judul : Menulis di Kala Sakit
Waktu : Senin, 7 Maret 2022
Ku mulai menari disaat malam merangkak tua
Ku mulai menari diantara rintik hujan yang semakin ramai bermain di awal larut nan dingin
Tak ada canda serangga yang asyik nikmati malam
Sepertinya aku, mereka tentu memilih meringkuk di relung malam seraya berharap kehangatan
Sebuah nama mengingatkan ku akan arti sabar yang utuh
Teringat kisah seorang Ayub yang begitu hebat sabarnya
Hingga kemudian Allah kembalikan semua yang sempat hilang darinya
Tak mudah memang, tetapi ketika Allah teguhkan sabar dihati
Maka siapa yang sanggup mencabutnya
Ia kan semakin kukuh, tidak dalam keramaian
Tapi justru dalam heningnya ia semakin dikokohkan
Nikmat Tuhanmu yang mana yang engkau dustakan?
Malam kedua puluh dua, angka kembar yang memberikan kesan mendalam pada hati yang rindu keteladanan. Telah dua puluh dua kali pertemuan kita terjadi. Bertemu dengan banyak orang hebat, yang tak dalam arti fisik namun kesan yang ditinggalkan begitu mendalam.
Suharto namanya, lebih akrab disapa dengan Cing Ato. Ialah yang menjadi narasumber malam ini, bersama moderator baik Dail Ma'ruf lengkap lah dua orang hebat membersamai kita malam ini.
Materi yang dibawakan terasa menyentuh di hati.
Hadirkan rasa malu dalam diri terhadap pembenaran ketidakmampuan menata hati dan waktu dengan maksimal. Cing Ato adalah contoh orang yang mampu menundukkan hati dan logikanya untuk keluar dari semua maklum yang menjadikannya tak berdaya.
Berstatus sebagai pengidap GBS, Guillain Barre Syndrome, suatu penyakit autoimun yang cukup langka dimana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Membuat Cing Ati memiliki keterbatasan dalam bergerak.
Seorang sahabat, mengingatkannya bahwa sakit itu seperti pembungkus permen. Sakit itu adalah pembungkusnya, yang pada saatnya akan tertanggalkan juga sedang hikmah dibalik sakit adalah permen yang akan kita nikmati. Nikmat itulah yang dinamakan hikmah. Sungguh bukankah disetiap sakit akan kita temui hikmah yang akan menjadikan diri kita lebih baik? Apabila kita mampu menjadi pribadi yang bersyukur, tentu saja.
Pergulatan yang hebat dan lama dengan penyakitnya ini membuat Cing Ato terlahir sebagai sosok baru yang penuh semangat.
Di awal sakitnya ia hanya mampu termenung menghabiskan waktunya. Sesekali menonton televisi ternyata tak mampu mengusir jenuh yang kerap datang.
Hingga kemudian ia menemukan aktivitas yang sangat menyenangkannya, menulis.
Dalam sakitnya, dan semangat yang kuat untuk menjadi berdaya Cing Ayo buktikan dengan produktif menulis. Banyak karyanya terlahir justru disaat ia nikmati sakitnya.
Inilah permen sesungguhnya yang bersembunyi di balik sakit yang ia rasakan. Hikmah di balik sakit inilah yang menghantarkan Cing Ato mampu membuktikan dirinya, bahwa ia mampu tetap berkarya. Jujur saya malu pada diri sendiri, Cing.
Saat sakit mendera,Cing Ato yang semula berperan sebagai motivator di madrasah tempat ia mengajar justru semakin handal menjadi motivator bagi pembaca bukunya.
Ia mengaku menulis membuatnya,
1. Semakin Sholeh
2. Bisa naik pangkat
3. Bangga karena mampu memotivasi orang lain
4. Mengabadikan ilmu yang dimilikinya agar tak hilang.
Pertemuannya dengan Om Jay dan kelas menulis PGRI memberi keberkahan tersendiri baginya. Dengan rendah hati, ia akui tak pandai menulis.
Mulailah mencari tahu, bagaimana agar bisa menulis. Pertanyaan dan pernyataan itu ia lontarkan pada salah satu sahabatnya, Om Jay.
Ia dapatkan jawaban atas pertanyaannya itu. Menurut Om Jay, yang kemudian menjadi formula jitu baginya disetiap kesempatannya menulis, agar bisa menulis maka,
1. Tulislah apa yang kita bisa dan kuasai.
2. Tulis apa yang pernah kita alami dan rasakan.
3. Tulis apa yang ada disekitar kita
4. Gunakan bahasa yang sederhana, yang penting pesan tersampaikan.
Empat jurus ini lah yang sampai sekarang diterapkan Cing Ato. Satu hal yang pasti ia rasakan, menulis membuatnya bahagia.
Tak berhenti mengikuti pelatihan menulis di kelas PGRi saja, Cing Ato mengaku bahwa ia pun mengikuti kelas menulis berbayar hingga mengikuti pelatihan di bidang design, design cover buku, flayer dan lay out. Ilmunya ini digunakannya untuk membantu sesama teman menulis yang membutuhkan cover buku untuk diterbitkan. Dan itu dikerjakan Cing Ato tanpa mengharap kan balas jasa alias gratis.
Menulis disaat sakit mendatangkan keberkahan tersendiri untuk Cing Ato, kita lihat yuk apa saja manfaat yang dirasakan Cing Ato menulis disaat sakitnya ini,
Penghargaan juga ia dapatkan, sebagai bentuk pengakuan banyak orang atas semua yang telah dilakukannya.
Dalam sakitnya ia terus berkarya bahkan semakin produktif, mampukah kita setegar Cing Ato? Selalu sehat Cing, semoga pada waktunya Allah angkat penyakit Cing Ayo, dan Cing Ato bisa beraktivitas seperti sedia kala...aamiin.
Semoga keteladanan Rasulullah dapat menjadi obat sekaligus penyemangat bagi Cing Ato dalam menjalani hari-hari yang penuh warna bersama orang-orang yang Cing Ayo sayangi. Terimakasih Cing, telah menjadi teladan bagi saya yang masih harus berjibaku dengan semangat.
Jangan menunggu pintar baru menulis, menulislah maka pintar akan menghampirimu dengan sendirinya.
Ketika gawai semakin canggih
Terkadang kita kerap silau oleh pesonanya
Hingga tak mampu mencegah mabuk karena membiarkan hati
menjadi kosong karenanya
Jemari kerap mencari sosok yang digemari
Tapi lupa bertanya siapa menjadi teladan hati
Tak ada yang salah dengan keadaan
Tapi pintarlah menjadikan keadaan sebagai pendukung bagimu jalani hari agar memberi makna
Ia telah tampil mengenakan jubah sabar
Bermahkota kan karya
Menjadikan aksaranya bermakna
Justru karena ia memanfaatkan gawai dengan semua manfaatnya
Saya seperti Sedang bobok diranajng dan dikisahkan teladan Rasul dan para sahabat fersi masa kini ya . He keren bunda ratu diksi 👍
BalasHapusSegitunya ya... Alhamdulillah. Tp Bu ibu juga suka buat saya meleleh lho...makasih ya.
HapusKeyeen keyern keyeen
BalasHapusAsyikk...asyikk..asyiikk
HapusSelalu lain dari yang lain
BalasHapusHehe...terimakasih
HapusWaduh bagus sekali...sampai lumer di hati👍👍
BalasHapusHehe...jangan meleleh dong..makasih ya
HapusWaduh bagus sekali,sampai lumer di hati...
BalasHapusSeperti terbuai dalam mimpi syairnya.Masua Allah luar biasa
BalasHapusAlhamdulillah... terimakasih
HapusLuar biasa bu
BalasHapusTerimakasih
HapusPuisi emang mantep, resume pun jadi keren... Mbak Susi...
BalasHapusMmpir ke ni 6 ya
Alhamdulillah...terimakasih
HapusMasya Allah puisinya keren apalagi tentang makna gawai,bener Bunda Menik gawai kita harus kita manfaatkan untuk kebaikan saja Bunda
BalasHapusCing Ato dah kasih contoh lho ya
HapusHem ... Mengagumi sosok cing Ato membuat semakin semangat menulis.
BalasHapusLantunan aksara yang menggugah zona aman..
Bener...Cing Ati, contoh yang bs diteladani, dan kita nikmati ilmu cing ato,kan?
HapusMantab jiwa ... alur bahasanya mengalir indah dan enak dibaca
BalasHapusTerimakasih Pak Amali, saya juga suka banget baca tulisan Bapak...salam literasi.
HapusLuar biasa keren banget
BalasHapusTerimakasih Pak Zaky
Hapus