Anak Jaman naww...githu lho

Bismillah...
Seolah baru terbangun dari sebuah tidur panjang nan indah. Mimpi indah nan mengalun dalam janji setiap kantuk yang tiba melenakan sebuah cita dan asa yang perlahan tapi pasti menguap. Menguap menjadi sebuah keniscayaan semu yang justru dinikmati.

Hingga kemarin, membaca pesan singkat di wa Om Jay, ikut yuk...tantangan menulis 10 Juni until 10 Juli. Eh...jemari nakal inipun langsung menanggapi. Apa sebuah panggilan rindu itu ya? Rindu yang semakin ditolak semakin menggempur asa, untuk satu keinginan, segera dituntaskan.

Mulai lah, para peri aksara berdengung riuh di kepala, berceloteh gugup dalam sidang yang mereka sendiri yang paham... "Okey...kita mulai dari mana?" Satu persatu mereka sibuk berargumen merasa sok paling ngerti, petualangan ini dimulai dari mana. Satu diantara mereka pun tanpa disadari nanar pada satu pemandangan yang tak biasa di pagi ini... Baiklah, kesepahaman pun mereka ambil. Sidang peri fokus pada mantra peri yang dianggap paling bisa ini. Bersiap....seketika tongkat ber pasir kilau cahaya berputar di udara dan...boom kita mulai tarian aksara itu.

Seperti biasa, pagi ini mengantar ananda ke sekolah, memang tidak kepagian tapi juga tidak kesiangan. Jalan raya yang semula hening membuncah hirup pikuk. Pemandangan heboh pagi nan biasa, semua mau cepat, semua urusannya paling penting, hingga yang tersisa asap knalpot dan suara bising knalpot yang sok paling keren.

Semua ambil bagian menjadi bintang utama, motor, mobil pribadi, tukang ojek, juga Abang gerobak dengan barang dagangannya, meski dengan gerakan slow motion, tetapi tetap eksis membelah jalanan dengan goyangan gerobak meliuk seksi. Wajah pagi berubah menjadi parade rutinitas yang harus dimaklumi semua pelakon di dalamnya.

Hingga meski sekilas, bersiroboklah mata emak emak ini pada pemandangan yang tak biasa. Dua remaja putri dalam seragam olahraganya diberhentikan oleh polisi. Sekilas terlihat pelanggaran yang mereka lakukan, keduanya tidak menggunakan helm. Selain itu, spion motor tak terpasang di kedua sisi. Juga terlihat kondisi motor yang plat kendaraannya juga ngak normal. Jadi wajar sekali apabia mereka dihentikan polisi untuk diperiksa lebih lanjut.

Terbayang di benak, bila itu terjadi tiga puluh tahun yang lalu, di stop polisi saat berkendara dengan ketiadaan kelengkapan berkendaraan tentu sesuatu yang sangat menakutkan. Sehingga saking takutnya, hanya air mata yang dapat mewakilkan semua rasa gugup dan takut. Jangankan mau senyam senyum menatap wajah petugas itu pun pasti tak akan berani.

Tapi ini....
Kedua remaja putri itu terlihat begitu percaya diri. Tawa mereka saat menjawab pertanyaan petugas itu pun seolah sedang bertemu dengan teman lamanya. Belum lagi, salah satu diantara mereka sibuk melihat ke spion motor pak polisi sambil sibuk merapikan jilbabnya...terlalu.
Tidak ada rasa gugup, tak ada rasa khawatir karena kesalahan yang dibuat saat berkendara, bisa dipastikan SIM pun pasti tak mereka punya.

Jadi teringat komentar salah satu sosiolog di televisi yang ketika diminta pendapatnya tentang fenomena remaja yang kerap menghadang maut demi konten konten mereka. Ia katakan bahwa saat ini remaja kerap mengahadapi krisis percaya pada diri sendiri juga keinginan untuk dianggap ada oleh lingkungannya. Selain itu, minimnya pengetahuan yang mereka miliki kerap membuat mereka terperangkap pada situasi yang sebenarnya merugikan mereka.

Nah...kalau dilihat kejadian di atas, apakah teori sang sosiolog bisa diberlakukan terhadap kasus di atas?
Emak hanya mampu tepuk jidat, aduh anak gadis keren sekali kamu, udah salah, dikasih tau salahnya, bukan menampakkan rasa bersalah dan menyesal ini malah asyik nunjukkin wajah ngak berdosa sambil nyengir kuda, atau perasaanmu  seperti sedang merekam ulahmu di aplikasi tok tokmu. Terlalu...

(Kayu Agung, 10 Juni 2022)

Komentar

  1. Keren tulisan uni.. Ditunggu kelanjutan nya uni peri aksara kuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya....perkenalkan saya peri aksara, hehehe...terimakasih Yandri sayang akoh

      Hapus
  2. keren nih tulisan uni peri aksara.. di tunggu kelanjutan nya uni ku

    BalasHapus
  3. keren nih tulisan unu peri aksara.. di tunggu kelanjutan nya uni ky

    BalasHapus
  4. Kagum, ceritanya sangat bisa di poles, yang uniknya ada rasa penasaran di kalimat terakhir yang saya suka. Sukses terus bu

    BalasHapus
  5. Masya Allah. Selalu indah tulisannya. Kangen terus untuk membacanya.

    BalasHapus
  6. Topik yang diangkat begitu update..., Tulisannya keren...

    BalasHapus
  7. Fenomena yang kerap kali terjadi, eeh tunggu dulu Mak, selain agb labil ternyata sekelas enak-enak jaman sekarang banyak yang labil, sering kita melihat berita emak-emak ditilng polisi bukan mengakui salah malah dia marah marah ga terima hehe
    Haduuh tepok jidat juga saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya....kenapa sisi emosional hrs dikedepankan ya, tepok dompet aja ah...heheh

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat pagi

Menulislah, karena engkau berharga

Ketika Tidak menjadi Iya Plus Bonus dariNya