Kasih sayang itu bernama tetangga

Bismillah

Semalam, lelahku tak hendak tunduk pada kantuk. Semakin ku hela agar mendekati kantuk semakin ia menjauh tak mau dipasung oleh lelap meski malam semakin menjauh. Seperti seorang gadis menantikan kekasih yang hampir mengghosting dirinya, rasa lelah tak mampu bertahta, berganti rasa penasaran dan resah karena pertemuan yang tak pernah terjadi.

Lama tak berada di kelas belajar, tak beraktivitas menulis kembali, menjawab tantangan Om Jay, untuk menulis setiap hari terasa ada gugup hampiri jiwa. Apa yang akan ditulis besok, materi apa yang hendak dituangkan agar dapat dinikmati orang lain. Triiingg.... tongkat peri aksara mulai bertabuhan, berebut tempat untuk menjadi yang paling menarik, paling memukau.

Slide demi slide ide bertaburan memenuhi atmosfer kantuk dan penasaran, hingga tak ada keputusan diambil. Peri aksara harus tunduk pada kehendak alam. Memeluk mimpi dalam aurora rasa bersama alunan malam yang semakin dingin.

Hingga ketika mentari hadir, rutinitas merampas romantisme rasa yang rindu dicandai, sesuatu terjadi. Pagi berlalu berkejaran dengan siang hingga nyaris beduq Dzhuhur bertalu. 

Obrolan panjang dengan seorang sahabat melalui gawai pangkas hari dengan begitu manis hingga...siang hari menjadi raja sedang kampung tengah penduduk negeri belum pasti akan diisi amunisi apa.
Rasa gugup bercampur khawatir pada keselamatan penduduk negeri, memaksa diri memacu kereta mesin menuju warung tempat dijualnya beraneka keperluan amunisi kampung tengah.

Ternyata, bendahara kerajaan harus mampu melawan kejut karena mendapati semua kebutuhan melompat naik, iya...meski telah beberapa hari barang kebutuhan pokok nyaris kompak melompat semua harganya. Ternyata hari ini, semuanya menyanyikan hal yang sama...harga naik...naik...naik...tanpa mereka jelaskan mengapa harus segila itu naiknya.

 Harga cabai yang awalnya tujuh puluh ribu per kilo, perlahan merangkak ke delapan puluh ribu, kemudian berjalan ke angka sembilan puluh ribu dan sekarang menjadi seratus dua puluh ribu...
Bendahara kerajaan nanar, mau apa? Mau dibagaimanakan? Sedang nyaris selera kan merajuk tanpa ada rasa pedas.

Padahal baru saja rasa kaget mulai reda karena tahu harga tiket candi Borobudur akan menembus angka tujuh ratus lima puluh ribu, ini rasanya balik kaget lagi karena harga cabai yang terus berlompatan dari hari ke hari.
Tapi sudah lah...prinsip bendahara kerajaan yang sesungguhnya ibu rumah tangga ini cuma satu, ketika mahal menjadi raja maka penghematan menjadi ibu suri.

Setelah semua urusan di warung selesai, maka kembali kereta mesin berpacu seraya pikiran mengembara liar, berkelana ke negeri harga kebutuhan pokok yang terus melompat. Ayunan angin di siang yang panas sungguh memanjakan lamunan hingga tak hirau sekitar. 

Lalu......praakkkk, sebuah benturan disertai dencit rem yang diinjak tergesa menyadarkan diri....
Tetiba kesadaran datang, merenggut lamun yang nyaris buat celaka. Sebuah sepeda motor terlewati beberapa centi di belakang, untung berdiri tegak dengan body yang utuh tak terluka.

Sebuah senyum tergambar dari tarikan mata seorang wanita yang mengenakan cadar. Hanya Ia, Sang Maha Penggenggam kehidupan yang mampu diingat. Rasa lega bercampur kaget hanya mampu hadirkan berjuta maaf atas ketergesaan yang bikin ketidaknyamanan ini.

Seorang tetangga baik, nyaris menjadi korban dari ketidakwaspadaan, meski ia dan motornya tak apa, tentu saja ia pun kaget. Tentu saja atmosfernya pun terluka oleh keterkejutan. " Maafkan Ibu, sungguh ini kesalahanku yang sangat tidak disengaja," tutur diri disambut senyum maklum ketika kuhampiri ia setelah turun dari motor ku.

Rasa lemas bercampur lega, dan permintaan maaf berganti obrolan yang mencairkan suasana. Pasti, ia dan motornya tak apa. Dan maafpun ia terima.

Obrolan singkat di perempatan sempit itupun berkisar hal yang sama. Keresahan ibu rumah tangga karena harga kebutuhan yang nyaris naik semua...
Padahal luka hati kami baru saja mengering setelah menerima kenyataan tentang harga minyak goreng, yang harus mau tak mau diiyakan saja. Dan sekarang...keadaan ini pun harus diterima, meski tak suka. Obrolan siang manis itupun ditutup oleh tawa renyah kami, untuk saling memaafkan atas kejadian ini.

Alhamdulillah...musibah itu memang harus terjadi, atas izin Allah, ia peringan dan ia mudahkan proses terjadinya dan penyelesaiannya. 
Terimakasih ya Allah, terimakasih tetanggaku sayang, maafkan sudah buat kaget. Dan Alhamdulillah...kita baik -baik saja.



Komentar

  1. Mantap Bu Susan ,lanjut dan sehat serta sukses selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya....Susi, pak rus...Susan adikku..aamiin...pokok na mah

      Hapus
  2. Kalimat perkalimat nya begitu indah uni Terlihat uni sangat piawai memainkan kata demi kata...

    BalasHapus
  3. Mantap ibu Susan semoga sehat dan sukses

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah enggk terjadi apa2,, gegara mikirin harga cabai hampir saja terjadi insiden 😀

    BalasHapus
  5. Tetangga ku idolaku, cerita nya mengalir natural ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Ama....kasih tau Pak Rus.....kalau yang ini Susan....dan ini Susi...☺️

      Hapus
  6. Yaa Allah peri aksara. Dari hurup pertama Sampe akhir semua menjelma untaian kata bak mutiara terhampar menggugah jiwa.

    Aah Andai kiranya jemari ku sepiawai sang peri aksara, hendak kusulap kiranya untaian kata menjadi nada nada penuh cinta
    ( Hehe jadi ceritanya komen saya ini berdiksi meski tak nyambung
    Ahhahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peri aksara ada sbg penyemangat jiwa pelipur lara. Semoga, Bu Ovi segera bertemu peri aksara, sbb dia pinter kasih bumbu...

      Hapus
  7. Tulisannya mengalir apa adanya👍

    BalasHapus
  8. Subhanallah...inilah alkisah wanita yg rendah hati...di tengah kecemasan pun masih bisa tersenyum dengan nada lembut ...semoga Allah tetap melindungi kita..Amin ya Rab..

    BalasHapus
  9. Hati - hati bun, di depan belok kanan ada tanjakan, jadi gaeskan cerita indahmu begitu bermakna

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat pagi

Menulislah, karena engkau berharga

Ketika Tidak menjadi Iya Plus Bonus dariNya