Ngak bisa ,ngak menggodaku?

Pagi ini seperti biasa, serangkaian rutinitas khas ibu rumah tangga harus kujalani sebagai seremoni lewati pagi menuju siang. Mulai dari menyiapkan sarapan dengan semua pernak perniknya. Melepas anak dan suami ke tempat aktivitas nya lengkap dengan dada dada dan kiss by.

Baju kotor kemarin pun harus rela bercengkrama dengan air dan deru mesin cuci, lalu mulailah jemari ini mengusap perlengkapan sarapan yang kotor setelah sarapan tadi. Deru mesin cuci, jeritan dari mesin air, adalah harmoni yang berasa berpacu denga target, menyelesaikan pekerjaan ini secepatnya.

Udara pagi yang sejuk, sisa hujan semalam hantarkan rasa damai yang terhirup lembutnya oksigen. Ada haru mengalir hangat, ingat kelas menulis semalam dengan semua motivasi dan semangat yang digenderangkan Bu Kanjeng. Tetiba ada yang berbisik halus, lembut tetapi lemparkanku pada rasa, sedih.

Bisikan itu, goda aku dengan semua kelelahan dan rutinitas ini. Tak ada seragam keren seperti dulu, hanya adanya daster yang warna bunga- bunganya ngak cerah lagi. Ia pun bisikan tak ada make up indah dengan hatum parfum yang membuat hari- hatiku bergairah, yang ada hanya sisa aroma sabun mandi yang samar-samar.

Mengapa aku sekarang menjadi begitu sederhana? Godaan lembut itu terasa membuatku tersudut. Tersudut oleh keputusan besar yang telah aku banggakan dihadapan diriku sendiri.

Suara itupun menguasai diriku, membuat aku nelangsa oleh keadaanku sekarang. Ia katakan, sudah berapa lama tak kunikmati perawatan di salon, window shopping...dan belanja. Bukankah itu dulu adalah hobi ku? Sehingga benda yang tak kuperlukan aku beli,karena memang aku punya penghasilan sendiri.

Aku mencoba menarik nafasku, mencoba tersenyum dengan suara- suara lembut yang terasa nyaring di hatiku. Sesaat aku nikmati bisikan halus mereka, mencoba nikmati nelangsa sendiri.

Tetiba, layar apung menari, " Ma, jangan lupa jemput Faatih jam sepuluh ya." Duarrr....kurasakan ada ledakan kecil didadaku. Iya...jawabannya Faatih. Faatih adalah jawaban mengapa semua yang menjadi sederhana dan biasa saat ini berubah menjadi istimewa dan berharga. Hadirnya Faatih, di sembilan tahun pernikahan kami. Dan sekarang, ia sudah duduk di kelas 2 SD.

Usir semua goda itu, lenyap sudah semua ketidaksetujuan yang dikobarkan suara lembut itu. Sebuah rasa syukur menari, semarakkan atmosfer pagi ku yang ditingkahi pewangi pakaian dari pakaian yang sejak tadi terjemur rapi.

Ya Allah, berat sungguh berada dalam naungan rasa syukur itu. Sungguh jatuh bangun rasanya diri ini untuk kokoh berada dalam rengkuj rasa syukur padaMu. Setiap hari aku belajar dan setiap hari juga aku harus hadapi remesi, pada mata pelajaran ini. Semoga rasa syukurlah yang akan membuatku kuat, sabar dan ikhlas jalani hati- hari yang menanti. Semoga!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat pagi

Ketika Tidak menjadi Iya Plus Bonus dariNya

Anatomi itu tergenggam dalam tubuh buku