Menulislah, berhentilah menangis
Nara Sumber: Wijaya Kusuma, M.Pd
Moderator : Maesaroh, M.Pd
Judul Materi: Ide Menulis Bagi Guru
Terimakasih guru
Telah bersedia turun gunung
ntuk memberi ilmu
Terima kasih guru
Telah bersedia mendengar resah kami
Yang kerap galau karena kealfaan
Yang berbungkus rasa nyaman
Hingga kerap pembenaran menari
Doakan kami guru
Meski tak mampu sepertimu
Tapi berusaha ntuk melangkah sepertimu
Malam pertama, 17 Januari 2022, wow malam pertama di bulan pertama di tahun yang baru. Sebuah ilmu dipaparkan dengan lugas oleh seorang baik yang bijak, Bapak Wijaya Kusuma atau yang biasa disapa Oom Jay. Yang selalu menggebu menggedor rasa mahfum atas rasa nyaman pada situasi yang sebenarnya tak membuat nyaman. Bersama seorang moderator cantik yang begitu mahir bercanda dilautan rasa dalam debar pilihan kata yang tak bertepi, mampu menarikan aksara hingga mengaduk rasa, Ibu Maesaroh.
Dua orang hebat membersamai kelas Menulis Gelombang 24 malam ini. Berdebar iya, penasaran iya, berharap resume ini menarik perhatian juga iya. Kuy, kita mulai.
Dalam keterampilan berbahasa, terdapat empat keterampilan yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, mungkin menulislah yang dirasa cukup sulit.
Ketika kita akrab dengan keterampilan berbicara dan menyimak, mungkin membaca butuh niat yang agak kuat, untuk berkutat agak lama dihadapan teks untuk memahami isinya. Menulis, memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari ketiga keterampilan berbahasa lainnya.
Dalam menulis kita kerap dihatui oleh berbagai rasa yang sebenarnya ngak penting. Mengapa, karena pada dasarnya hantu itu muncul dari diri kita, menarik ngak ya? penting ngak ya? kog kayaknya materinya ngak lengkap deh, dan lainnya. Akhirnya tak ada yang kita keluarkan dari relung kalbu padahal banyak hal yang sesalkan dada.
Inilah yang malam ini akan diobrak abrik, Oom Jay. Sebuah jargon singkat tapi menohok terbaca diawal kelas, " Menulis itu bekerja untuk keabadian." Mengawali karier mengajarnya di tahun 1990, Oom Jay menitipkan pesan untuk semua guru di Indonesia, " Jadilah guru tangguh yang berhati cahaya."
Menulis adalah keterampilan berbahasa yang dapat dilatih. Dengan berlatih setiap hari maka seorang guru akan terampil dalam menulis.
Kendala menulis adalah sulitnya menemukan ide sebagai bahan tulisan kita. Menurut guru Labschool yang sedikit lagi akan meraih doktornya ini, ide menulis ada dimana-mana. Pada dasarnya disekeliling kita ada banyak ide untuk dapat dijadikan bahan tulisan. Sangat bergantung pada kita untuk melihat sudut pandang ide tersebut, apakah kita melihatnya sebagai sesuatu yang menggembirakan, menyedihkan atau bahkan mencekam.
Dengan menuliskan ide tersebut maka kita bisa eksis sekaligus narsis, karena menulis. Dan ini merupakan pengalaman yang menyenangkan dan menutrisi batin kita.
Meski tanpa ide, tetap saja seseorang akan mampu menghasilkan sebuah tulisan. Tulis saja apa yang ingin ditulis, tulis saja apa yang kita inginkan. Satu hal yang harus diingat dari kegiatan menulis, pada hakekatnya menulis adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada pembaca.
Buatlah pembaca tertarik dengan apa yang kita tulis. Kita bisa gunakan kata pembuka yang langsung menimbulkan penasaran, atau kita buat sebuah paragraf pembuka yang membuat pembaca merasa penting terhadap apa yang hendak kita sampaikan.
Untuk itu, biasakanlah terlebih dahulu membuat tulisan dalam tiga paragraf, paragraf pembuka, paragraf isi dan paragraf penutup. Paragraf merupakan kumpulan beberapa kalimat yang memiliki satu ide pokok. Tentu bukan hal yang sulit bukan? Yang sulit itu adalah melatihkannya setiap hari.
Guru - guru di Indonesia saat ini adalah para sarjana strata 1, hanya sedikit guru yang non S.1. Artinya, artinya setiap guru telah punya pengalaman menulis skripsi atau bahkan tesis. Masalahnya, seperti tertulis diatas, kita tidak terbiasa melatih menulis setiap hari.
Kita belum sempat duduk manis dan membaca tulisan orang lain. Dengan membaca tulisan orang lain tentu sedikit banyak akan membuat kita terpacu untuk menuliskan ide kita, agar dibaca orang lain. Hal inilah yang menyebabkan mengapa banyak guru belum terlatih untuk menulis. Banyak diantara kita, setelah menulis skripsi, kemampuan menulis kita tersimpan rapi di lemari perpustakaan.
Maka ikutilah azimat Om Jay yang telah dirasakan oleh banyak senior di kelas menulis ini, "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi."
Dengan menulis setiap hari artinya kita melatih diri untuk peka dan tanggap terhadap situasi disekitar kita, dan menyampaikannya kepada pembaca. Tersampaikan dengan baik atau tidaknya pesan kita tersebut sangat dipengaruhi oleh terlatih tidaknya kita.
Contoh, Oom Jay mencontohkan singkatan PGRI, ternyata dari satu singkatan ini banyak tulisan yang bisa dibuat untuk disampaikan kepada pembaca dan semua tulisan itu,menurut Oom Jay menarik.
Dalam menjawab pertanyaan salah satu peserta, Oom Jay katakan bahwa harapannya ingin banyak guru menjadi berdaya, berdaya dalam arti seluas-luasnya. Semakin banyak guru menulis dan menerbitkan bukunya maka akan menunjukkan bahwa ia berharga. Ia ingin banyak guru mengenakan mahkota seorang penulis dan mahkota seorang penulis adalah buku.
Ini juga yang menjadi bara semangat bagi Oom Jay untuk meyakinkan para guru di seluruh Indonesia, menulislah dan berhentilah menangis. Karena, dengan menulis engkau tak hanya mendapatkan penghargaan secara finansial tapi kau akan mampu arungi dunia dengan karya yang engkau punya. Selain engkau akan sangat berharga secara sosial. Oh...ya, kita doakan semoga Oom Jay bisa menjelajah benua Amerika, dan membagikan tulisannya tentang pesona jemarinya di benua tersebut. Aamiin.
Rembulan, silakan kau arungi malam
Sebab aku pun ingin kembarai mimpiku
Semoga tak ada lagi resah dalam buai malam
Sebab telah kuselesaikan janji hari.
Bagus tulisanya bunda
BalasHapusTerimakasih...masih perlu belajar banyak..Bun
HapusLuar biasa resumenya bu susi, penuh dengan diksi yang indah. Perlu berguru nih sama bu susi
BalasHapusTerimakasih Bun...ngak ada apa apanya ini. Buktinya masih masuk kelas belajar lagi. Kangen..
HapusLuar biasa tulisannya bu susi, bikin ngiri aja, diksinya keren abis harus berguru nih sama bu susi
BalasHapusNgak lah....masih harus belajar banyak Bun....
HapusIni reunii yaa.. He he he
HapusBener Bu Wid....kita reuni di gelombang 24, masih pengen belajar lagi.
HapusKangen sesnsasi F 1
HapusBuat jantung menggelepar ya Bun
HapusKerenn Bun Say...
BalasHapusSemoga kedepannya saya bisa seperti bunda, luwes dalam mengolah kata👍👍🙏
BalasHapusTerimakasih Bunda, saya juga masih harus belajar banyak.
HapusKalo bunda Rita ndak usah diragukan lagii.... Sudah kereen....
BalasHapusTerimakasih Bun, masih harus belajar lagi.
HapusMantap , Lengkap dan Bagus. Runtut enak dibaca dan infornatif. Semangat terus dan jangan kendor. Luangkan waktu untuk tiap senin, rabu dan jumat malam. jangan tunda buat resumi biat tak menumpuk. Semoga jadi buku solo.
BalasHapusTerimakasih apresiasinya Pak Dail...masih jauh dr kata baik...masih belajar. Insya Allah kalau tidak ada halangan....
HapusRembulan, silakan kau arungi malam
BalasHapusSebab aku pun ingin kembarai mimpiku
Semoga tak ada lagi resah dalam buai malam
Sebab telah kuselesaikan janji hari.
semalam aku telah arungi bersama bulan yang sembunyi di peraduan
Dan sekarang janji rembulan tiba, mentari yang kan bertakhta.
HapusKata2nya sangat bagus sistematis juga tulisannya, jadi iri kepengen bisa
BalasHapusTerimalah Pak, saya juga masih harus belajar banyak.salam literasi.
HapusMaksudnya... terimakasih,Pak...maaf typo
HapusGaris bawah cetak tebal, jangan cuma disimpan kemampuan menulis nya seperti skripsi dan tesis yg duduk manis di rak berdebu. Siap jadi pembaca
BalasHapusHehehe...kadang ketika estetika tak mampu mengalah, debu itu juga indah koq...hehe
Hapus