Hatiku, adakah ia disana, keluarlah
Hatiku jawab jujur
Adakah ia disana, nyamankah ia disana
Mengapa tak hendak ia keluar
Kemudian menyapaku dan berbicara empat mata dengan ku
Aku ingin menatap dirinya
Menyentuhnya, hingga menghirup aroman intelektualnya
Hatiku, mengapa ia bergeming
Tidakkah ia rindu padaku, sang pemiliknya?
Ungkapan yang tak pernah terlupa dari seorang Ibu Musiin,M,Pd. narasumber malam ini adalah, sebuah judul buku dari tulisan Dan Poynter, Is Three a book inside you. Ada sebuah buku, di dalam dirimu, keluarkan lah ia dan biarkan orang membuka dan mengetahui isinya. Terasa kembali sebuah tepukan lembut terasa dipundak, jadi kapan mau mengeluarkan buku itu? Bukankah telah banyak purnama berlalu, bukankah telah banyak perhentian disinggahi, bukankah telah semakin banyak bulir umur dilalui, jadi kapan? Tidakkah ia rindu untuk dilahirkan? Bersama Pak Dail Ma'ruf yang menjadi moderator tetapi karena suatu hal bermain ganda dengan Ibu Rosminiyati. Terimakasih untuk Bapak dan Ibu yang telah membersamai kami malam ini.
Tajuk malam berselancar di satuan bahasa, Konsep Buku Non Fiksi.
Tak ada yang tak mungkin, ujar Bu Musiin mengawali malam ini. Sesuatu yang berangkat dari tak mungkin dapat berubah menjadi mungkin dengan satu keputusan, mau.
Semua orang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang ia miliki. Kesemua itu adalah bahan baku utama untuk diolah agar menjadi sebuah buku. Hanya saja, buku itu masih belum dilahirkan. Ia masih mengendap di dalam jiwa, menunggu dengan manis untuk dijamah, ditelisik dan diurai jabarkan hingga terlahir menjadi sebuah buku.
Dikala ini lah keputusan itu menjadi mutlak ditangan individunya, mau dilahirkan atau dibiarkan merana di dalam jiwa mengkristal menjadi sekedar asa yang hanya dimiliki dinding jingga nan dingin dan sepi.
Menulis bukanlah perkara mudah, memang. Dari empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan tertinggi dan itu paling sulit. Namun, disinilah tantangan indah itu menanti. Karena setelah berhasil melalui perjuangan berat maka hasil nan indah kan dirasai. Perjuangan yang berat menundukkan kesulitan inilah akhirnya akan muncul rasa cinta, cinta menulis.
Oleh karena itu, sebelum menulis maka temukanlah, apa alasan kuat anda untuk menulis. Kalau saya, alasan saya ingin menulis karena, saya ingin berbagi keindahan lewat kata yang saya gunakan untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.
Selain itu, saya ingin berbagi, kepada yang membaca tulisan saya, yuk..bebaskan dirimu katakanlah sesuatu yang indah, sebab kadang kita terlalu sibuk dengan yang pelik hingga lupa bahwa ini lho sesuatu yang sederhana tapi mungkin bisa hadirkan sedikit senyum di sudut bibir pembaca.
Akan tetapi ini kurang tepat bila diberlakukan pada buku non fiksi. Sebab menurut Ibu Musiin, alasannya menjadi penulis adalah,
1. Mewariskan ilmu lewat buku
2. Ingin punya karya sendiri dan terpajang di toko buku, baik online atau offline
3. Mengembangkan profesi sebagai guru.
Dari alasan ini, maka menulis buku non fiksi menjadi cara baginya untuk mengejawantahkan alasan menulisnya.
Penulisan buku non fiksi terbagi dalam 3 pola.
1. Pola hierarkis, pola ini menyusun buku berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit, contohnya buku pelajaran.
2. Pola prosedural, disusun berdasarkan urutan proses, contohnya buku panduan
3. Pola klaster, disusun berdasarkan poin per poin, diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan/kumpulan bab.
Dalam buku Literasi Digital Nusantara, menggunakan pola klaster;
1. Pratulis
2. Menulis draft
3. Merevisi draft
4. Menyunting naskah
5. Menerbitkan
Langkah pertama, pratulis
1. Menentukan tema
2. Menemukan ide
3. Merencanakan jenis tulisan
4. Mengumpulkan bahan tulisan
5. Bertukar pikiran
6.Menyusun daftar
7. Meriset
8. Membuat mind mapping
9. Menyusun kerangka
Dalam melanjutkan tema jadi ide menarik bisa didapatkan dari berbagai hal,
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita, baik di media massa ataupun media Maya
4. Status sosmed
Referensi penulisan buku
1. Pengetahuan yang diperoleh secara formal, nonformal dan informal.
2. Keterampilan yang diperoleh secara formal, non formal dan informal
3. Pengalaman dari balita hingga sekarang
4. Penemuan yang telah didapat
5. Pemikiran yang telah ditentukan
Langkah kedua
Menulis draft
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan
Langkah ketiga
Merevisi draft
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan/penyajian
2.Memeriksa gambaran besar dari naskah
Langkah keempat, menyunting ( KBBI dan PUEBI)
1. Ejaan
2. Tatabahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma
Setelah mengetahui hal di atas, maka perlu juga mengetahui hambatan dalam menulis, yaitu
1. Hambatan waktu
2. Hambatan kreativitas
3. Hambatan teknis
4. Hambatan tujuan
5. Hambatan psikologis
Untuk mengatasi Hambatan tersebut maka lakukan cara berikut ini,
1. Banyak membaca
2. Cari inspirasi dari lingkungan sekitar
3. Disiplin menulis setiap hari
4. Kerjakan sesuatu yang paling disukai.
Dalam, Ayu Rifka Sitoresmi, pengertian buku non fiksi, ciri-ciri, unsur dan bentuknya yang wajib diketahui, menurut Geir Garner dinyatakan ciri-ciri buku non fiksi adalah,
1. Bahasanya formal
2. Menggunakan bahasa denotatif
3. Berdasarkan fakta
4. Tulisan berbentuk ilmiah populer
5. Tulisan baru, menyempurnakan ide dari ulasan naskah terdahulu.
Kalahkan rasa malas, menulislah setiap hari dan biarkan tulisanmu menemukan takdirnya.
Malamku terkoyak
Oleh gurau mereka di seberang android yang bernama video call
Kenapa aku?
Menjadi tergesa untuk segera bergabung dengan derai tawa mereka
Maafkan peri aksaraku
Sebab terlalu mudah engkau untuk aku akhiri
Satu yang aku tahu, jemariku selalu ada untuk membuat mu selalu menari
Mantap resumenya Bu Susi ,puisinya selalu membuatku kangen
BalasHapusTerimakasih Bu..kangen juga...
HapusHem... Aksara indah kan gapai asmara terindah...
BalasHapusAksara dan asmara beda tipis tapi sarat makna
HapusRatu diksi. 👍
BalasHapusHehe...terima kasij
HapusAyoo lah kutunggu buku solonya dalam bentuk puisi
BalasHapusBeneran ya....semoga Engkau mudahkan Ya Allah.
Hapuspokok e mantep bu, ajari puisi bu aku g bisa
BalasHapusNgalir aja Bun, fokus aja pada sesuatu yang indah dan buat nyaman.
HapusRindu itu membelenggu. Rindu pada tarian pena hingga terbit beratus-ratus aksara. Selamat, Bu Susi telah meramu kerinduan akan aksara dengan baik. Mantap.
BalasHapusSemua keindahan itu hanya milikNya...tersanjung pada rindu itu, dan rindu terajut oleh aksara kita, terimakasih Bun.
HapusBu Susi...kereeen banget resumenya. Suka sekali bacanya bun.😘
BalasHapusTerimakasih...bunda
HapusKeren sekali bunda Susi. Sampai berulangkali bacanya. 😘
BalasHapusTerimakasih Bunda..
HapusPuitis banget...👍👍
BalasHapusTerimakasih Hunda
HapusMenari indahlah, Peri Aksara nan Jelita (Jelas, Informatif dan Tertata)..
BalasHapusWah...dpt akronim baru dr Pak Amali...jelita, terimakasih Pak.
HapusKREN, HBT DAN TERUS SEMANGAT YA, BAGUS RESUMENYA MOGA JADI BUKU....
BalasHapusSyukron Pak Dail....
Hapus