Wanita itu
Aku mengenal wanita itu di suatu sore nan nyaman. Tanpa sengaja memang, dan ternyata perkenalan itu begitu membekas dihatiku. Tak ada yang istimewa dari tampilan fisiknya, tapi satu yang aku suka. Ia memiliki tatapan yang lembut, pun tutur kata yang nyaman untuk didengar. Hingga tanpa aku sadari, sore semakin tua, adzan maghrib berkumandang dan kami berpisah.
Sejak saat itu seolah ingin kembali bertemu dengannya, sering kudatangi taman kecil ini. Berharap bertemu dengannya dan melihat senyumannya yang menenangkan hatiku.
Secara singkat ia pun bercerita tentang anak bungsunya,yang seusia denganku. Seperti diriku, anaknya pun sedang menuntut ilmu di sebuah pesantren di pulau Jawa. Tergulir doanya untukku semoga ilmu yang kuperoleh disini dapat menjadikanku sebagai hamba Allah yang bermanfaat bagi banyak orang, aamiin.
Untuk remaja seusiaku, bisa mengenalnya seolah mampu menjadi pengobat rinduku pada sosok Ummi. Mungkin ia seusia ummi, tapi sudahlah.
Ummi...bergetar hatiku, sosoknya yang periang, meski terkadang kerap tampil tak terduga dengan intermezo konyolnya aku tahu Ummi adalah wanita lembut yang kupunya. Hhmm...tiba-tiba kerinduan ini menyeruak, hadirkan rindu yang membawaku terbang keharibaannya.
Hampir sepuluh bulan, aku tak bertemu ummi. Aku tak melihat senyumya dan mendengar gurau konyolnya.
Beasiswa yang ku terima di pesantren ini membuatku harus berpisah sesaat dengan wanita yang telah melahirkan ku itu. Dari lima tahun yang harus kujalani, telah kutempuh dua tahun, menuntut ilmu disini. Aku sadar, disetiap langkahku selalu ada doa yang ia untai untukku.
Di sudut taman, di pesantren ini, diposisi favoritku saat ini, mengingat ummi dan menyemai kerinduanku padanya adalah hal baru yang aku lakukan. Memandang masjid pesantren yang indah dengan arsitekturnya yang megah serasa menyamankan hatiku.
"Ingat nak, menjadi hamba Allah yang baik dan benar tak hanya tampak dari lahirmu saja, tapi selalu hadirkan Allah di hatimu. Itu akan menuntun hidupmu, di jalan yang Allah ridho." Itu pesan ummi, yang kerap dikatakannya saat ia menatapku. Dan itu selalu menjadi reminder indah dihati bila lelah menggoda karena kesibukanku menuntut ilmu dengan jadwal padatnya.
"Apa kabar ummi, aku kan selalu mendoakan ummi. Seperti halnya ummi, sayangku dan cintaku kan selalu bersama ummi, meski kita berjauhan."
Angin sore serasa mengusap lembut kulitku, baju Koko, sarung dan kopca di kepalaku semua pertanda bahwa aku siap menjemput adzan yang segera berkumandang.
"Ya Allah, aku mencintai anakku, cintailah anakku dan cintailah orang-orang yang mencintai anakku." Itu doa ummi untukku, yang kerap ia ucapkan seraya mencium kepalaku. Tanpa aku sadari aku tersenyum, seolah merasa wanita tercinta itu hadir dihadapan ku.
(Kayu Agung, 15 Juni 2022,
Bahagia itu sederhana, pahami, nikmati hadirnya dan biarkan ia renangi hangat hati kita, jangan diberi syarat)
Kereeen ih cara Penyampaiannya, tutur bahasa oke punya bunsay
BalasHapusTerimakasih....Ibu Muth...selalu okey malah, pagi ini dapat nutrisi keren aku.
HapusAamiin ya Allah. Semoga kita juga bisa selembut ummi ummi dalam kisah ini.
BalasHapusBtw kalo aku lembut ga sih Bun hehe
Aamiin....selain lembut Bu Ovi itu halus...jd nyaman rasanya....hehe
HapusSeolah waktu berhenti sejenak, hening dan hangat, makasih susi untuk aksaramu yg indah
BalasHapusTerimakasih...
HapusDoa ummi selalu indah, buat anaknya
BalasHapusSelalu,Bunda...
HapusTerharu.
BalasHapusTerimakasih...Kak Ros
HapusWah keren...ceritanya luar biasa
BalasHapusTerimakasih, Bunda
HapusMasya Allah... Haru biru membaca tulisan nya, bahagia menjadi ummi sejati yang dicintai...
BalasHapusAma...makasih
Hapus